Sore itu ...
Tangannya yang sudah keriput memegang koin dan melirit kulit punggungku hingga merah kehitaman.
Dia tak tega melihatku mengeluarkan suara serak dan menghabiskan berlembar-lembar tisu untuk membuang ingus dari hidungku.
Kami bercakap, bergurau, hingga bercerita.
Dibasuhkan telapak tangannya diatas punggungku dan berkata
"Ya Allah dulu punggung ini kecil dan putih sampai takut aku menyentuhmu"
Dia seperti tak percaya jika punggung yang dahulunya kecil sekarang panjang dan lebar mirip seperti ayahku.
Kemudian dia melirit kakiku dengan tangannya sambil berkata,
"Kaki ini juga dulu kecil, halus, dan putih."
"Dulu sewaktu kecil jika berada di sampingku, kamu selalu mengangkat telapak kakimu dan tanganmu menyentuh kepalamu membanding-bandingkan tinggimu dengan tinggiku."
"Sekarang tinggimu melebihi tinggiku," katanya sambil tertawa manis.
Tangannya masih melirit punggungku hingga ku tertidur.
Rasa sayang yang ditunjukkan membuatku semakin tak ingin kehilangan dirinya.
Sempat wanita berkepala lima itu tertidur pulas dan kemudian aku menangis.
Membayangkan bila suatu saat kedua bola matanya tak terbuka,
tangannya tak bisa bergerak,
dan hidung serta mulutnya tak sanggup bernafas.
Picik sekali memang!
Tapi suatu saat itu akan terjadi.
Aku berjanji akan membuatnya bahagia selalu.
Aku hanya ingin membalas semua rasa sayangnya yang diberikan padaku dengan senyuman lebar dari bibirnya setiap hari.
Bukan hari ini saja,
hari ibu 22 Desember 2013 ...
Tangannya yang sudah keriput memegang koin dan melirit kulit punggungku hingga merah kehitaman.
Dia tak tega melihatku mengeluarkan suara serak dan menghabiskan berlembar-lembar tisu untuk membuang ingus dari hidungku.
Kami bercakap, bergurau, hingga bercerita.
Dibasuhkan telapak tangannya diatas punggungku dan berkata
"Ya Allah dulu punggung ini kecil dan putih sampai takut aku menyentuhmu"
Dia seperti tak percaya jika punggung yang dahulunya kecil sekarang panjang dan lebar mirip seperti ayahku.
Kemudian dia melirit kakiku dengan tangannya sambil berkata,
"Kaki ini juga dulu kecil, halus, dan putih."
"Dulu sewaktu kecil jika berada di sampingku, kamu selalu mengangkat telapak kakimu dan tanganmu menyentuh kepalamu membanding-bandingkan tinggimu dengan tinggiku."
"Sekarang tinggimu melebihi tinggiku," katanya sambil tertawa manis.
Tangannya masih melirit punggungku hingga ku tertidur.
Rasa sayang yang ditunjukkan membuatku semakin tak ingin kehilangan dirinya.
Sempat wanita berkepala lima itu tertidur pulas dan kemudian aku menangis.
Membayangkan bila suatu saat kedua bola matanya tak terbuka,
tangannya tak bisa bergerak,
dan hidung serta mulutnya tak sanggup bernafas.
Picik sekali memang!
Tapi suatu saat itu akan terjadi.
Aku berjanji akan membuatnya bahagia selalu.
Aku hanya ingin membalas semua rasa sayangnya yang diberikan padaku dengan senyuman lebar dari bibirnya setiap hari.
Bukan hari ini saja,
hari ibu 22 Desember 2013 ...
No comments:
Post a Comment